Monday 21 November 2011

Personal Meaning

Personal meaning dianggap menjadi salah satu hal yang penting yang menggerakkan individu mencapai prestasi. Selain itu, Frankl (dalam Wiebe, 2001) memandang bahwa seseorang yang memiliki personal meaning yang positif (fulfillment of personal meaning) dalam kehidupan, berkontribusi kepada harapan dan optimisme dan menghargai terjadinya suatu masa buruk dalam siklus kehidupan.
Bilamana terjadi suatu kejadian atau peristiwa buruk, personal meaning diyakini dapat membantu memunculkan kebangkitan diri individu dari keadaan yang tidak diinginkan. Frankl (dalam Wiebe, 2001) berkeyakinan bahwa meaningfulness (kebermaknaan) dalam hidup, berhubungan dengan self esteem yang tinggi dan perilaku yang murah hati terhadap orang lain, sedangkan meaningless (ketidakbermaknaan) dalam hidup berasosiasi dengan ketidakpedulian atau melepaskan diri (diengagement).
Personal Meaning dalam beberapa perspektif
a. Perspektif Relativitas
Battista dan Almond (dalam Visser, 1973) melakukan penelitian terhadap berbagai teori personal meaning yang berbeda, dan menemukan bahwa meaning bagi setiap orang itu berbeda, dan pencapaian menemukan meaning itu sendiri unik bagi setiap orang. Toleransi Battista dan Almond terhadap sistem kepercayaan yang memunculkan struktur bagi perkembangan personal meaning adalah tanda penting dalam perspektif relativitas ini. Dalam penelitiannya tersebut, Battista dan Almond menemukan 4 hal yang biasa ditemukan yang berhubungan dengan personal meaning, yaitu ;
  1. Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan dengan makna kehidupan.
  2. Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai arah dan tujuan hidup mereka.
  3. Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya.
  4. Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang , akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap kehidupan mereka.
b. Perspektif Eksistensial
Personal meaning menurut perspektif eksistensialis didasarkan dari berbagai pemikiran filosofi, psikiatri dan psikolog. Sartre, Kierkegaard, dan Nietzche, di mana semuanya penganut eksistensialis yang sangat meyakini pengalaman seseorang, pada waktu dan situasi tertentu. (May & Yalom, 1995 dalam Wiebe,2001). Tujuan pokok Humanisme – Eksistensialis adalah keselamatan dan kesempurnaan manusia.
b.1. Perspektif Eksistensial Sartre
Pandangan Sartre mengenai Eksistensialisme sebagai Humanisme adalah ajaran yang menghargai kehidupan manusia, dan mengajarkan bahwa setiap kebenaran dan tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subjektifitas manusia (Sartre dalam Soejadi, 2001 ). Sartre berpendapat bahwa manusia yang memiliki kebebasan, kemerdekaan, dan sebagai makhluk pribadi yang otonom. Sartre menghargai dan menjunjung tinggi eksistensi pribadi serta subjektifitas dalam kehidupan bersama. Kebebasan bagi Sartre adalah absolut, tidak ada batas lagi kebebasan selain batas yang ditentukan oleh kebebasan itu sendiri. Kebebasan sebagai arah dan tujuan hidup selaku manusia adalah kepribadian atau kedirian yang sifatnya sedemikian rupa sehingga orangnya bebas dari beraneka ragam alienasi yang menekannya, dan bebas pula untuk kehidupan yang utuh, tak tercela, berdikari dan kreatif. Selain itu, Sarte juga menekankan bahwa manusia harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilihnya. Menurutnya, manusia harus dipahami sebagai subjek otonom, memiliki keunikan dan kedudukan eksistensial. Individualitas dan personalitas manusia menjadi penting karenanya.
b.2. Perspektif Eksistensial Omoregbe
Omoregbe (dalam Soejadi, 2001) mengatakan implikasinya dalam sikap dan tindakan humanis, bahwa kebebasan manusia menurut Sartre memberikan dan membawa jalan keluar yang fundamental untuk mentransendensi atas dunia, menumbuhkan semangat keberanian manusia untuk berbuat lebih kreatif dan progresif dalam usaha meraih hidup yang lebih tinggi , memberi peluang kepada setiap pribadi manusia untuk mengembangkan diri.

Definisi Meaning dan Personal Meaning
a. Definisi Meaning Menurut Maslow
Maslow (dalam Wiebe, 2001) mengatakan bahwa meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang termotivasi untuk mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari yang sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian suatu potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat dilakukannya, dan mencapai tujuan hidup dirinya.
b. Definisi Meaning Menurut Baumeister
Baumeister (1991), mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada setiap individu, di mana perilaku menjadi memiliki tujuan , daripada hanya berperilaku berdasarkan insting atau impuls.
c. Definisi Meaning Menurut Frankl
Frankl (dalam Wiebe, 2001) mengkonsepkan meaning sebagai pengalaman dalam merespon tuntutan dalam kehidupan, menjelajahi dan meyakini adanya tugas unik dalam kehidupannya, dan membiarkan dirinya mengalami atau yakin pada keseluruhan meaning. Frankl yakin bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk melawan lingkungan luar yang sulit, menahan dorongan fisik maupun psikologis untuk masuk ke dalam dimensi baru dari eksistensi diri. Dimensi baru ini adalah hal-hal mengenai meaning, dan meliputi dorongan untuk menjadi signifikan dan bernilai dalam kehidupan.
Frankl dalam logoterapinya, menyebutkan tiga asumsi. Asumsi pertama, kehidupan memiliki meaning yang sangat luas, termasuk hal yang paling menyakitkan atau tidak ada harapan (kebebasan berkehendak). Kedua, bahwa orang yang dilengkapi “will to meaning” sejak lahir , yang tidak mengejar kekuasaan atau kesenangan, tetapi untuk menemukan meaning dan tujuan hidupnya (motivation for living atau kehendak untuk hidup bermakna). Ketiga, Frankl mempercayai bahwa orang memiliki kebebasan untuk menemukan personal meaning dalam berbagai situasi (makna hidup), entah melalui aktivitas, pengalaman atau sikap yang bermakna.
d. Definisi Personal Meaning Menurut Reker
Menurut Reker, personal meaning adalah memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis), identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi.
“Personal meaning is defined as having a purpose in life, having a sense of direction, a sense of order and a reason for existence, a clear sense of personal identity, and a greater social consciousness.”
(Reker, 1994; Reker & Butler, 1990; Reker et al., 1987; Zika & Chamberlain, 1992)
Definisi personal meaning menurut Reker dapat melengkapi komponen-komponen yang menentukan berhasilnya perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna yang diutarakan Bastaman (1996), yaitu ;
  1. Pemahaman diri ( self insight); Meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik
  2. Makna hidup ( meaning of life); adalah nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan sebagai pengarah kegiatannya
  3. Pengubahan sikap ( attitude change); Adalah suatu proses dari yang semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup atau musibah.
  4. Keikatan diri (self commitment); Adalah munculnya suatu komitmen seseorang yang ditandai dengan semakin terikat dengan makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang telah ditetapkan
  5. Kegiatan terarah (directed activity); Adalah upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif, serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.
  6. Dukungan sosial (social support); Adalah hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.
Hal-hal pokok yang saling melengkapi di antara keduanya, yaitu ;
  1. Tujuan hidup yang dimaksud oleh Reker (1997), dapat dianggap sama dengan makna hidup yang dimaksud Bastaman (1996). Tujuan dan makna hidup, sama-sama memiliki peran sebagai arah individu tersebut dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
  2. Sebelum memiliki tujuan dan makna hidup, individu akan melalui tahap pemahaman diri , yaitu proses pencarian dan penyadaran atas keadaan diri yang menghasilkan suatu tujuan atau makna hidup individu tersebut. Tahap pemahaman diri ini dapat diartikan sama dengan identitas yang jelas pada definisi personal meaning Reker (1997).
  3. Setelahnya, individu akan melalui tahapan pengubahan sikap, suatu proses penyadaran yang semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah. Hal ini didorong pula oleh rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis) pada individu tersebut.
  4. Kemudian, individu akan melalui tahapan keikatan diri terhadap tujuan dan makna hidupnya.
  5. Individu akan masuk ke tahap kegiatan terarah, yaitu melakukan upaya pencapaian tujuan danmakna hidup. Pada tahap ini individu telah memiliki arah yang jelas dan nyata, yang dapat dilakukan dalam usahanya mencapai tujuan dan makna hidup.
  6. Komponen dukungan sosial yang diungkapkan Bastaman (1996), merupakan komponen pelengkap yang berperan penting dalam pencapaian tujuan dan makna hidup atau personal meaning individu. Sedangkan kesadaran sosial yang tinggi dapat dianggap sebagai komponen pendukung atau hasil dari pencapaian tujuan dan makna hidup individu.

Dimensi Meaning
Reker dan Wong (dalam Reker&Chamberlain, 2000) melakukan kolaborasi teori, yang menghasilkan 4 dimensi meaning. Empat dimensi meaning tersebut berhubungan dengan 1) bagaimana meaning dialami (structural components), 2) isi dari pengalaman (sources of meaning), 3) perbedaan bagaimana meaning dialami (breadth), dan 4) kualitas pengalaman bermakna (depth).
a. Structural components
Komponen struktural ini menjelaskan bagaimana meaning dialami oleh seseorang, yang terdiri dari komponen kognitif, motivasional, dan afektif, serta dan komponen personal dan sosial.
Komponen Kognitif
Diartikan sebagai sistem keyakinan individu dan pandangan menyeluruh yang telah terbangun dalam konteks budaya yang spesifik dan dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan individu yang unik. Umumnya, pertanyaan-pertanyaan fundamental yang dipengaruhi komponen kognitif adalah ”Apa yang saya lakukan dalam kehidupan ini bernilai?” atau ” Apa yang membuat kehidupan menjadi berarti?”. Oleh karena itu, komponen kognitif menjadi bagian dari pemberian makna pada suatu pengalaman hidup. Individu tidak hanya memberi makna dari sistem kepercayaan atau pandangan masyarakat , tetapi juga mencari pengertian eksistensial melalui nilai dan tujuan dari kejadian atau pengalaman hidup, lingkungan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Komponen Motivasional
Adalah sistem nilai yang dibangun pada setiap individu. Nilai, adalah pedoman kehidupan, yang mengarahkan apa tujuan yang harus dicapai oleh seseorang, dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Nilai ditentukan oleh kebutuhan individu, kepercayaan dan masyarakat. Proses untuk mencapai tujuan tertentu dan pencapaian mereka, meningkatkan sense of purpose dan meaning pada satu eksistensi. Komponen motivasional melihat personal meaning sebagai sifat dasar kognitif dan perilaku, secara konsisten mengejar tujuannya dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menurutnya berguna. Komponen ini paling penting untuk menjaga individu agar tetap bertahan , dalam menghadapi atau melalui rintangan, atau pengalaman traumatis yang ekstrem.
Komponen Afektif
Komponen ini terdiri dari rasa puas (satisfaction) dan pemenuhan atau perasaan terpenuhi (fulfillment) individu yang didapat dari pengalaman-pengalaman dan keberhasilan mencapai tujuan individu tersebut. Perasaan terpenuhi merupakan hasil dari cara berpikir yang positif dalam kehidupan. Walaupun, perjuangan untuk mencapai kebahagiaan belum tentu menghasilkan rasa makna diri yang besar, bagaimanapun juga rasa makna diri tersebut akan memberikan rasa puas pada individu yang berjuang tersebut.
Reker dan Wong (dalam Reker&Chamberlain, 2000) mengatakan bahwa ketiga komponen di atas tersebut saling berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian yang dilakukan Ranst dan Marcoen (dalam Reker&Chamberlain, 2001) ditemukan bahwa komponen motivasional dan komponen afektif mempengaruhi komponen kognitif, sedangkan komponen motivasional tidak saling berpengaruh dengan komponen afektif.
Komponen Personal dan Sosial (Preconditions of meaning )
Preconditions of meaning terdiri dari hubungan sosial dan kualifikasi personal. Komponen sosial terdiri dari hubungan personal, cinta dan empati. Komponen personal terdiri dari kualitas unik pada individual, atribut personal (seperti menjadi kreatif, fleksibel, adaptif, intelektual, memiliki rasa ingin tahu, dan bertanggung jawab), yang mempengaruhi personal meaning. Komponen sosial dan personal berperan sebagai preconditions of meaning dengan mengidentifikasi, individu yang seperti apa yang hendak mencari meaning.

b. Sources of meaning (sumber meaning)
Sumber meaning dimaksudkan dengan isi area-area yang berbeda atau tema personal dari mana meaning dialami. Darimana meaning berasal? Nilai dan kepercayaan adalan landasan kuat dari sumber meaning. Nilai didefiniskan sebagai konstruk yang melebihi situasi spesifik dan nilai lebih disukai secara personal dan sosial. Nilai tergabung dengan modes of conduct (nilai instrumental) dan tujuan hidup (nilai terminal) dan mendorong untuk melakukan tindakan (Rokeach dalam Reker dan Chamberlain, 2000). Nilai akan terefleksikan dari jawaban individu ketika ditanyakan mengenai area dari kehidupan mereka, dari mana meaning berasal.
Di samping itu, berdasarkan berbagai penelitian secara kuantitatif maupun kualitatif, ditemukan bahwa meaning dapat berasal dari sumber-sumber yang luas dan spesifik, seperti budaya dan latar belakang etnis, sosial demografis dan tahap perkembangan (Devogler, et al dalam Reker dan Chamberlain, 2000).
Perbandingan Teori Sumber Meaning Frankl, Wong dan Reker
Sumber meaning menurut FRANKL (dalam Wiebe, 2001)
Sumber meaning menurut WONG (dalam Wiebe, 2001)
Sumber meaning menurut REKER (dalam Reker & Chamberlain, 2000)
Sumber meaning terdiri dari 3 sumber nilai, yaitu ;
1. Nilai Kreatif ; apa yang dapat diberikan individu untuk dunia, misalnya kesuksesan pribadi, perilaku menolong, dan sebagainya
2. Nilai Sikap (attitude); bagaimana cara individu menghadapi situasi yang tidak dapat diubah. Penerimaan terhadap situasi ini, seburuk apapun situasi atau keadaannya, disebut dengan self-transcendence.
3. Nilai Pengalaman ; pengalaman langsung di dunia , baik yang buruk ataupun yang baik.
  1. Achievement atau pencapaian prestasi
  2. Relationship (perilaku dan keahlian dalam menjalin hubungan dengan orang lain)
  3. Religion (keyakinan pada kekuatan yang lebih besar dan hubungan personal dengan Tuhan)
  4. Self –Transcendence (fokus nilai dalam melayani orang lain)
  5. Self Acceptence (memperlakukan diri dengan baik dan kemampuan untuk mengintegrasikan kesalahan di masa lalu dan keterbatasan diri dalam menjalani kehidupan saat ini dan cita-cita di masa depan)
  6. Intimacy (fokus terhadap keluarga dan hubungan yang dekat/intim)
  7. Fair Treatment (bagaimana seseorang diperlakukan dan dihormati dalam lingkungan sosialnya)
  8. Fulfillment (perasaan terpenuhi dan rasa puas atau senang)
  1. hubungan personal
  2. altruism
  3. aktivitas religi,
  4. aktivitas kreatif,
  5. perkembangan diri,
  6. menemukan kebutuhan dasar,
  7. keamanan finansial
  8. aktivitas rekreasi
  9. prestasi pribadi,
  10. meninggalkan warisan,
  11. nilai atau idealisme yang bertahan lama,
  12. tradisi dan budaya,
  13. alasan sosial/politik
  14. humanistic concern
  15. aktivitas bersenang-senang
  16. kepemilikan benda
  17. hubungan dengan alam.


c. Breadth of meaning
Breadth of meaning adalah kecenderungan individu untuk mengalami atau memperoleh meaning dari beberapa sumber yang berbeda. DeVogler-Ebersole dan Ebersole (dalam Reker dan Chamberlain, 2000) menyatakan bahwa pada umumnya individu memperoleh meaning dari berbagai sumber , dan hanya sedikit individu yang hanya memperoleh meaning dari satu sumber. Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000) menyatakan bahwa individual 1) akan mengalami meaning dari beberapa sumber yang berbeda, dan 2) semakin banyak sumber meaning yang dimiliki, maka akan mengarahkan individu tersebut ke rasa pemenuhan (fulfillment) yang lebih besar.
d. Depth of meaning
Depth of meaning menunjukkan kualitas dari pengalaman meaning individu. Apakah pengalaman meaning individu tersebut dangkal, dalam, atau hanya sebagian. Menurut Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000), terdapat empat (4) level depth yang menunjukkan tingkat meaning yang dialami individu. Keempat level depth ini dikategorikan menjadi ; self-preoccupation dengan kesenangan dan kenyamanan (level 1), pengabdian waktu dan tenaga untuk mewujudkan potensi diri (level 2), pelayanan bagi orang lain dan komitmen terhadap lingkup sosial yang lebih luas , atau alasan politis (level 3), dan nilai yang menyenangkan yang melebihi arti individu dan meliputi alam semesta, dan tujuan akhir kehidupan (level 4). Namun, O’Connor dan Chamberlain (dalam Reker dan Chamberlain, 2000), menemukan kesulitan melakukan prosedur dalam menentukan levels of depth seseorang sesuai dengan kriteria depth of meaning yang dipaparkan Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000). Kesulitan prosedur yang dihadapi adalah adanya hubungan yang tidak setara antara sumber kategori meaning dan levels of depth. Misalnya, sumber kategori meaning yang dimiliki seseorang hanya melayani orang lain, dengan demikian apakah individu ini dapat langsung dimasukkan ke dalam level tiga (3) ? Menurut O’Connor dan Chamberlain (dalam Reker dan Chamberlain, 2000), depth merupakan dimensi yang penting untuk menggamarkan personal meaning seseorang, namun O’Connor dan Chamberlain menyatakan bahwa masih diperlukan konsep depth of meaning yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini depth of meaning tidak akan digali mengingat masih terjadi perdebatan konsep depth of meaning ini, untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam mengintepretasi dan menganalisis data.

Proses penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna atau Penemuan Personal Meaning
Bastaman (1996) melihat proses makna hidup seseorang dalam suatu proses yang merupakan urutan pengalaman dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna, atau berdasarkan definisi Reker disebut proses penemuan personal meaning.
Lukas (1986) , melihat ada dua bagian besar antara individu yang telah menemukan personal meaning dan individu yang masih mencari personal meaning. Individu yang belum menemukan personal meaning dapat dibedakan mejadi dua bagian lagi yaitu individu yang berhenti dan terperangkap (stuck) dalam pencarian mereka (people in doubt), dan individu yang masih aktif mencari personal meaning nya. Sedangkan individu yang telah menemukan personal meaning juga dibagi menjadi dua, yaitu individu yang memiliki sistem nilai piramidal (people in despair) dan individu yang memiliki sistem nilai paralel.
Kratochvil (dalam Lukas, 1986) mengungkapkan, individu yang memiliki sistem nilai piramidal adalah individu yang hanya memiliki satu nilai besar dalam hidupnya di atas nilai-nilai kehidupannya yang lain. Sedangkan individu yang memiliki sistem nilai paralel adalah individu yang memiliki beberapa nilai yang sama-sama kuat dalam kehidupannya, semua nilai yang dimilikinya sama berartinya.
Kratochvil (dalam Lukas, 1986) juga menegaskan bahwa individu yang memiliki sistem nilai paralel, umumnya lebih sehat dan stabil daripada individu yang memiliki sistem nilai piramidal. Ada dua alasan yang mendasari pemikiran Kratochvil ini, yaitu ;
  1. Individu yang memiliki sistem nilai paralel lebih mudah menggantikan (replace) nilai miliknya yang hilang. Misalnya, seorang ibu yang berhenti berkarir, masih memiliki prestasi lain di kegiatan sosial dan kesibukan dalam rumah tangganya. Sedangkan individu dengan sistem nilai piramidal, konsep keseluruhan hidupnya mudah dikacaukan (shambles).
  2. Umumnya, individu yang hanya memegang satu nilai tertinggi, cenderung fanatik atau tidak dapat bertoleransi terhadap suatu situasi kehidupan. Misalnya, seorang ibu yang hidup hanya untuk anaknya, sulit untuk memahami perilaku ibu-ibu lain yang dapat menitipkan anaknya untuk pergi bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H. D, (1996). Meraih Hidup Bermakna : Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis. Jakarta : Paramadina
Baumeister, R. F., (1991). Meanings of Life. New York : Guilford Press
Bourne Jr, L.E. & Ekstrand, B.R., (1973). Psychology : It’s Principles & Meanings. Illinois: Dryden Press
Frankl, V.E., (2006). Man’s Search for Meaning. Boston : Beacon Press

Lukas, E. (1986). Meaningful Living : A Logotherapy Guide to Health. (tanpa kota penerbit dan nama penerbit)
Ranst, N.V. & Marcoen, A. (t,th). Structural Components of Personal Meaning in Life and Their Relationship with Death Attitudes and Coping Mechanisms in Late Adulthood. California : Sage Publication
Reker, G. T., & Chamberlain, K., (2000). Exploring Existential Meaning : Optimizing Human Development Across the Life Span. California : Sage Publication
Reker, G.T. (1997). Personal meaning, optimism, and choice: Existential predictors of depression in community and institutional elderly. Vol.37, Iss. 6;  pg. 709, 8 pgs. Diakses pada 4 September 2006, dari www.proquest.com
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto, D. (2001). Humanisme Eksistensial Jean-Paul Sartre. Yogyakarta : Philosophy Press
Wiebe, R.L. (2001). The Influence of Personal Meaning on Vicarious Traumatization in the Rapists. [Versi elektronik]. Diakses pada 27 Maret 2007 dari www.twu.ca/cpsy/Documents/Theses/Rhonda%20Wiebe%20Thesis.pdf
Visser,W.( 2005). Sources of Meaning in the Life, Work and Careers of Corporate Sustainability Managers in South Africa. Diakses pada 18 September 2006 dari www.waynevisser.com/meaning_sustainability_jan05.htm

Penulisan Referensi

Gaya penulisan American Psychological Association (APA) merupakan salah satu dari beberapa standar penulisan karya ilmiah psikologi, dan gaya penulisan ini telah digunakan di berbagai Fakultas Psikologi di Indonesia.
Panduan ini ditulis terutama oleh karena masih banyak terlihat kelemahan mahasiswa menuliskan referensi dan daftar pustaka dalam skripsi mereka, dengan mengikuti gaya APA.  Sumber panduan ini adalah Publication Manual of the American Psychological Association (APA, 2003), edisi kelima, dengan mengganti beberapa contoh agar lebih relevan dengan situasi di Indonesia. Sebagai referensi pembanding, beberapa bagian tulisan ini juga merujuk pada gaya British Psychological Society.
Tidak semua bagian Publication Manual ini diambil, tetapi bagian-bagian relevan saja, terutama yang menurut pengamatan saya akan sering dipakai oleh mahasiswa. Yang menjadi perhatian khusus saya adalah bahwa pada masa sekarang sumber referensi pengetahuan tidak lagi terbatas pada buku dan jurnal saja, tetapi juga media audio-visual dan media internet. Masih banyak di antara kita –mahasiswa maupun dosen—yang belum memahami penulisan referensi gaya APA untuk referensi semacam itu, sehingga mudah-mudahan panduan ini bermanfaat.

Sumber panduan ini adalah Publication Manual of the American Psychological Association (APA, 2003), edisi kelima...

BAGIAN PERTAMA: PENYEBUTAN KARYA DALAM BADAN TULISAN (TEKS)


Ada dua cara penulisan dalam teks, yaitu (a) menggunakan nama sebagai bagian dari kalimat diikuti tahun dalam kurung, atau (b) menyebutkan referensi nama diikuti koma dan tahun, semuanya dalam kurung. Nama yang dipakai dalam teks hanyalah nama keluarga (last name, family name, marga, fam) saja. Nama depan, initial, dan gelar akademis tidak perlu dituliskan. (lihat lampiran I untuk tulisan nama bangsa/etnis tertentu)
Belum ada kata sepakat mengenai cara penulisan nama orang Indonesia yang sebagian besar tidak menggunakan nama keluarga, tetapi sementara ini kita sepakat menggunakan nama yang diurutkan paling belakang untuk penulisan nama.
Djohan (2003) menyebutkan bahwa berbagai penelitian tentang pengaruh musik bertolak dari pertanyaan umum, emosi seperti apa yang dapat timbul pada saat seseorang mendengarkan musik.
Berbagai penelitian tentang pengaruh musik bertolak dari pertanyaan umum, emosi seperti apa yang dapat timbul pada saat seseorang mendengarkan musik (Djohan, 2003)



[1] Dalam APA Publication Manual ditulis n.d. (no date).   Singkatan dalam bahasa Indonesia diambil dari buku Pedoman Penyajian Karya Ilmiah (Gunawan, Achmadi, & Arianti, 2004).

Narsisisme

Konsep dan istilah narsisisme berawal dari sebuah mitologi Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan dari Thespian bernama Narsisus yang ditakdirkan untuk hidup hingga ia melihat dirinya dan jatuh hati pada citra diri yang dilihatnya.
Berdasarkan mitologi tersebut berkembanglah konsep narcisism (dalam tulisan ini penulis menggunakan kata: narsisisme) yang pada mulanya digunakan untuk menggambarkan orang yang jatuh cinta dengan citra dirinya sendiri atau suatu bentuk hukuman bagi orang-orang yang tidak dapat mencintai orang lain. Pada tahun 1899, Paul Nacke, seorang psikiater berkebangsaan Jerman menggunakan istilah Narcismus yang merujuk pada “attitude of a person who treats his own body in the same way as otherwise the body of sexual object is treated. ”. Dengan perkataan lain , seseorang mengalami kenikmatan seksual pada saat menatap, membelai dan mencintai tubuhnya. Konsep narsisisme dari Nacke inilah yang kemudian menjadi dasar bagi konsep narsisisme yang digunakan oleh Freud (1914). Dalam perkembangannya, pemahaman narsisisme dalam teori Freud tidak hanya mengenai perilaku abnormal dalam kehidupan seksual individu, tetapi lebih menekankan pada instink untuk melindungi diri sendiri (self perseveration) yang ada pada setiap makhluk hidup.
Freud (1914) menggambarkan konsep narsisisme dalam teorinya mengenai metapsikologi (metapsychological). Konsep ini digunakan untuk menggambarkan tahapan perkembangan libido normal antara tahap autoerotik (autoeroticism) dan object love. Narsisisme timbul ketika libido (energi psikis) diinvestasikan untuk memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang lain atau demi kepentingan orang lain. Perilaku yang muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan.
Selanjutnya, di bidang klinis, Freud (dalam Raskin & Terry, 1988) menggunakan konsep narsisime dalam kategori diagnostik untuk menggambarkan fenomena perilaku sebagai berikut :
  • Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, misalnya cinta terhadap diri sendiri (self love), mengagumi diri sendiri (self admiration), membesar-besarkan diri sendiri/ perilaku ekspansif (self aggrandizement)
  • Kerentanan self esteem seseorang yang meliputi ketakutan akan kehilangan cinta dan ketakutan akan kegagalan
  • Orientasi pertahanan diri yang meliputi megalomania, idealisasi, penyangkalan (denial) dan proyeksi
  • Kebutuhan untuk dicintai, memenuhi diri sendiri (self sufficiency) dan kebutuhan untuk menjadi sempurna
  • Dalam hubungan dengan orang lain memperlihatkan sikap yang menunjukkan bahwa dirinya “lebih” dari orang lain
Setiap manusia memiliki 2 bentuk objek seksual yaitu : diri mereka sendiri dan wanita yang merawatnya. Selanjutnya, Freud membuat postulat mengenai narsisisme primer pada setiap orang dimana di kemudian hari akan dimanifestasikan melalui dominasi pemilihan objek (object-choice) cinta.
Freud (1914) membagi individu ke dalam 2 kelompok yang berbeda berdasarkan pemilihan objek:
1. Narcissistic Type
Pada individu-individu yang mengalami gangguan pada perkembangan libidinal, seperti pada homoseksual, dimana pemilihan objek cinta bukanlah ibunya melainkan diri mereka sendiri. Mereka secara jelas melihat diri mereka sebagai objek cinta.
Berdasarkan tipe narsisistik ini, maka seseorang mungkin akan memilih objek cinta :
    1. diri mereka sendiri
    2. diri mereka dahulu
    3. diri yang diinginkan
    4. seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari dirinya

2. Anaclitic Type
Pengalaman auto-erotic sexual gratification yang pertama terjadi ketika individu melakukan self preservation. Yang muncul di awal adalah sexual instinct yang kemudian dilanjutkan oleh ego-instinct; selanjutnya mereka terbebas dari insting-insting tersebut dan mengubah objek seksual mereka ke dalam aktivitas feeding, perhatian dan perlindungan yang diberikan oleh ibunya.
Berdasarkan tipe anaclitik, maka seseorang mungkin akan memilih objek cinta :
    1. wanita yang mengasuh/ merawatnya
    2. laki-laki yang memberikan proteksi


Dinamika Narsisisme

Freud berpendapat bahwa seorang bayi merasa dirinya sempurna dan sangat berpengaruh. Ia memiliki pikiran yang terbatas dan tidak terbatas (omnipotence of thought). Semua energi libido digunakan untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dan untuk merawat keberadaannya. Investasi dasar dari energi ini diberi nama “Ego Libido” atau narsistik. Insting-insting autoerotis adalah instink yang sifatnya primodial dan melalui insting inilah narsisisme mulai muncul pada diri individu. Selanjutnya, Freud membagi narsisisme menjadi 2, yaitu ; 1. Narsisisme primer
Pada narsisisme primer, energi libido diarahkan pada diri sendiri untuk memuaskan diri sendiri. Pada saat tertentu, sesuai dengan perkembangannya, si bayi tidak lagi menemukan kepuasan diri yang sempurna melalui pikirannya ini. Ia kemudian mengalami interupsi dalam pemuasan narsisistiknya (narcissisistic self-absorption). Pada akhirnya ia akan mengalihkan energi libidonya pada orang lain untuk mencari kepuasan itu walaupun baginya kepuasan ini tidak sesempurna yang pertama.
2. Narsisisme sekunder
Sedangkan pada narsisisme sekunder, investasi energi libido tersebut dialihkan kepada orang lain tapi tetap dilakukan dengan tujuan untuk dapat memuaskan diri sendiri.

Freud (1911 dalam Siegel, 1996) mencoba untuk menerangkan perkembangan narsisisme ini melalui studi mengenai psikosis. Freud mencoba menganalisis buku harian milik Schreber, seorang hakim yang menulis buku harian pada saat ia mengalami episode psikosis. Analisis Freud menggunakan buku harian tersebut yang menggambarkan delusi paranoid yang dialami Schreber untuk mempelajari proses yang terjadi dalam psikosis. Freud meyakini bahwa patologi mendasar dalam psikosis tersebut adalah terjadinya regresi pada tahap narsistik dimana pada tahap itu tidak ada kelekatan (attachment) terhadap objek. Freud membangun perkembangan kontinum dari object attachment yang diawali dengan tahap narsistik (objectless) dan bergerak menuju tahap objek cinta, suatu tahapan dimana objek tersebut dicintai dan dihayati sebagai sesuatu yang terpisah.



Perkembangan Konsep Narsisisme

Konsep narsisisme yang dikembangkan oleh Freud sangat mempengaruhi pemikiran psikoanalisa modern. Salah satu pemahaman narsisisme dalam bidang klinis dari perspektif psikoanalisa modern dapat ditemukan pada teori Kohut. Kohut (dalam Siegel, 1996) melihat narsisime sebagai suatu tahapan perkembangan diri. Sementara itu, manifestasi dari narsisisme yang tidak sehat adalah depresi dan kehampaan perasaan sebagaimana ia temui pada beberapa pasiennya. Keluhan mereka berkisar pada kemungkinan hilangnya makna dan gairah hidup mereka sehingga mereka menjalani hidup dengan berat hati.
Menurut Kohut, kebutuhan utama yang diperlukan dalam perkembangan narsisisme yang sehat adalah
  1. kebutuhan untuk dicerminkan yang dimanifestasikan melalui kebutuhan anak-anak untuk mendapatkan pengakuan, persetujuan, dan kekaguman terhadap ekspresi dan perilaku mereka. Orang yang paling penting untuk pencerminan ini adalah ibu.                                                                                                                  
  2. kebutuhan untuk mengidealisasikan yang dimanifestasikan melalui kekaguman dan identifikasi pada orang dewasa yang lebih berkuasa. Orang yang paling diidealkan oleh anak biasanya adalah ayahnya.

Berkaitan dengan kontinum perkembangan narsistik dari Freud, maka Kohut berusaha untuk menambahkan pemahaman narsisisme berdasarkan sudut pandangnya yang sedikit berbeda dengan konsep obyek cinta pada Freud sebagai titik akhir dari kematangan narsisisme. Bagi freud, penolakan dari narsisisme untuk kepentingan obyek cinta adalah tujuan dari treatment Freud, sementara ide Kohut mengenai narsisisme membawa pada implikasi terapetik.
Kohut menyatakan bahwa pengalaman narsistik diawali pada masa dimana bayi mulai merasakan kebahagiaan atau disebut juga infant’s blissful state. Bayi berusaha untuk mempertahankan tahap ini dengan mengembangkan 2 bentuk narsistik yang sempurna, dimana masing-masing sistem berkembang dari narsisisme primer yang terpecah, yang selanjutnya sering dikenal sebagai bipolar self ;
1. Narcissistic Self
Merupakan satu sistem yang membuat suatu ‘perfect self’, suatu bentuk perkembangan dimana segala sesuatu terlihat baik, menyenangkan dan sempurna sebagai bagian dari dalam dirinya. Sementara itu, segala sesuatu yang buruk adalah bagian dari luar dirinya. Narsisisme tidak diinvestasikan kepada orang lain melainkan diinvestasikan untuk diri sendiri dengan memberikan penilaian yang terlalu tinggi terhadap diri. Mereka berharap mendapatkan pandangan yang penuh kekaguman dari orang lain. Narcissistic self sangat berkaitan erat dengan dorongan-dorongan dan tekanan yang pada akhirnya memberikan kontribusi pada munculnya ambisi.
2. Idealized Parent Imago
Sistem ini berusaha untuk mengembalikan blissful state yang hilang dengan cara memberikan kekuasaan dan kesempurnaan yang absolut kepada orang lain. Kelekatan dengan figur ‘perfect’ mengembalikan perasaan yang utuh dan menyenangkan. Idealisasi dari idealized parent imago dihasilkan melalui proyeksi dari kebahagiaan bayi; kekuasaan dan kesempurnaan, terhadap orang tuanya. Idealized parent imago dipandang dengan penuh kekaguman sebagai objek yang selanjutnya memberikan kontribusi pada munculnya figur ideal.



Kontekstualisasi Konsep Narsisisme

Dalam era modern saat ini, narsisisme muncul sebagai cara untuk mengatasi tekanan dan kecemasan yang dirasakan. Lasch (1979) menggunakan konsep narsisisme dalam lingkup masyarakat yang luas. Suatu bentuk masyarakat baru membutuhkan bentuk kepribadian yang baru dan cara sosialisasi yang baru. Pada saat masyarakat memilih narsisisme, selanjutnya akan berkembang menjadi kondisi sosial yang dapat meningkatkan trait narsistik yang ada dengan derajat yang berbeda-beda pada setiap orang. Salah satu kondisi yang ada dalam masyarakat modern sekarang ini hal-hal yang memiliki andil dalam membentuk masyarakat yang narsistik yaitu :
    • Perubahan dalam nilai kesuksesan seseorang. Pada masyarakat modern, kesuksesan seseorang dinilai dari kemampuannya untuk dapat menampilkan citra sukses, bukan pada kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah ataupun tindakan yang telah dilakukannya. Kesuksesan dinilai dari atribut yang dimiliki seseorang, misalnya kekayaan, kekuasaan, dan ketenaran yang dimiliki (Lasch, 1979)
    • Lowen (1985) membahas narsisisme pada tingkat individual maupun tingkat budaya. Pada tingkat budaya, narsisme dapat dilihat sebagai hilang atau berkurangnya nilai-nilai kemanusiaan (loss of human values) yang terlihat dari berkurangnya perhatian pada lingkungan, pada kualitas kehidupan individual, dan nilai-nilai persahabatan yang ada di antara individu.

Berangkat dari pemikiran di atas, maka penelitian mengenai narsisisme di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan dengan melihat keanekaragaman budaya Indonesia dan kecenderungan terjadinya perubahan nilai yang terjadi di masyarakat modern. Media massa dan pariwara, tampaknya ikut memberikan kontribusi dalam perubahan gaya hidup seseorang. Upaya pengembangan penelitian di Indonesia dapat dilakukan untuk memahami, misalnya:
    • Fenomena narsisisme dalam budaya tertentu.
    • Fenomena narsisisme dalam ranah politik, pemerintahan dan pelanggaran/penegakan hukum.
    • Peran masyarakat dan media massa dalam memberikan pengaruh pada berkembangnya kepribadian narsisistik.
    • Tokoh dan penokohan: membentuk dan memelihara kepribadian narsistik.
    • Keterkaitan antara gaya hidup masyarakat modern dengan berkembangnya kepribadian narsistik.
    • Peran pola asuh dalam memberikan pengaruh pada terbentuknya kepribadian narsistik.



Daftar Pustaka
Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism : An Introduction. New York : Basic Book, Publishers
Lasch, C. 1979. The Culture of Narcissism. American Life in an Age of Diminishing Expectation. New York : W.W. Norton & Company
Raskin, R., Howard Terry. 1988. A principal-components analysis of the Narcissistic Personality Inventory and Further Evidence of Its Construct Validity. Journal of Personality and Social Psychology, 54, 890 – 902
Siegel, Alan M. 1996. Heinz Kohut and The Psychology of The Self. London : Clays.Ltd

Rekomendasi
Hotchkiss, S. Masterson, J. 2003. Why Is It Always About You? : The Seven Deadly Sins of Narcissism
Twenge, J. 2010. The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement
Payson, E. 2002. The Wizard of Oz and Other Narcissists: Coping with the One-Way Relationship in Work, Love, and Family

Psikologi

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Psikologi adalah himpunan bidang akademik, klinikal dan perindustrian yang berkenaan dengan penjelasan dan ramalan mengenai tingkah laku, pemikiran, emosi, motivasi, hubungan peribadi, keupayaan dan patologi.
Psikologi boleh dikatakan bahawa pelbagai bidang berkait yang duduk di bawah nama yang sama termasuk:

Akhlak.Tasauf.Psikologi


Akhlak
Soalan-soalan:
  1. Menjadi Insan Yang Mulia
  2. Taat Kepada Kedua Orang Tua
  3. Amalan Anak Yang Soleh
  4. Sombong Terhadap Orang Arif dan Lebih Tua
  5. Belagak Pandai tetapi Bodoh
  6. Memutuskan Silaturrahim (Hubungan Persaudaraan sesama SeIslam)
  7. Tabiat Menipu
  8. Menghormati Ibu Bapa dan Orang Lebih Tua
  9. Anak Yang Mendoakan Kedua Ibu Bapa
  10. Taubat Anak Terhadap Ibu yang Telah Meninggal
  11. Niat Baik dan Jahat 
  12. Memutuskan Tali Silaturrahim
  13. Hukum Mandi Berbogel
  14. Menghindar Gangguan Syaitan di dalam Tidur 
  15. Mengelak Dari Mengumpat
  16. Tatatertib di Rumah Allah 
  17. Menyalahguna Waktu Bekerja
  18. Perbualan yang Menimbulkan Berahi
  19. Peranan Anak Terhadap Ibu bapa
  20. Doa Menghindari Sifat Marah
  21. Membalas Jasa Terhadap Keluarga yang Meninggal
  22. Berutus Surat kepada Bukan Muhrim
  23. Berkasih Sayang Kerana Allah
  24. Bertaubat dengan Sebenarnya
  25. Keinginan Mempelajari Ilmu Agama
  26. Adab Membawa Al Quran Dalam Perjalanan
  27. Keizinan Ibu Bapa
  28. Menanggung Perbelanjaan Ibu Bapa
  29. Memberi Salam Kepada Orang yang Berdosa
  30. Melihat Aurat Sejenis
  31. Memohon Kemaafan 
  32. Berpacaran Melalui Internet




1. Menjadi Insan Yang Mulia
Soalan:
Bagaimanakah untuk mendapatkan insan yang berhati mulia dan diredhai Allah S.W.T.?
Alang, KIMIA, P.J
Jawapan:
Keredhaan Allah merupakan nikmat yang paling agung, yang hanya dimiliki oleh insan yang bertaqwa kepada-Nya. Ketaqwaan itu hanya dimiliki oleh insan yang beribadah dan beramal soleh. Sedangkan amal soleh yang memperoleh keberkatan adalah amal soleh yang disertakan dengan ilmu. Jadi ilmu adalah sumber segala kekuatan untuk memperoleh keredhaan Allah.
Saidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata "Ada dua orang yang mendatangkan bala bencana kepada kita iaitu orang yang berilmu yang tidak menjaga kehormatan dan orang yang bodoh yang kuat beribadah.
Orang yang bodoh itu menipu manusia dengan amalnya sedangkan orang yang berilmu itu menipu manusia dengan kelalaiannya."
Dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya sesuai dengan tuntutan Islam maka kita akan memiliki hati yang mulia. 


2. Taat Kepada Kedua Orang Tua
Soalan:
Sebagai seorang anak kita mestilah taat kepada kedua Ibu & Bapa Jikalau kita ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang baik ataupun yang ringkasnya sesuatu yang diredhai Allah, tetapi Ibu tidak redha diatas pekerjaan tersebut adakah kita harus akur terhadap kehendaknya (Ibu). Kerana setahu saya keredhaan Ibu adalah jua keredhaan Allah S.W.T. Untuk pengetahuan Ustaz, saya masih lagi berharap ke hadrat Allah supaya saya dapat melaksanakan niat saya itu. Jadi tolonglah ustaz beri padangan / penyelesaian terhadap masalah saya ini.
Muhammad Yusuf , PJ
Jawapan:
Menurut Al Qurthubi, derhaka kepada kedua orang tua ialah menyalahi perintah keduanya, sebagaimana bakti keduanya bererti mematuhi perintah mereka berdua. Berdasarkan ini jika keduanya atau salah seorang dari mereka menyuruh anaknya, maka anaknya wajib mentaatinya, jika perintah itu bukan maksiat. Meskipun pada asalnya perintah itu termasuk jenis mubah, begitu pula bila termasuk jenis mandub (sunat).
Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda: Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersama baginda kerana aku ingin mencari redha Allah dan hari akhirat. Tetapi aku datang kesini dengan meninggalkan ibu bapaku dalam keadaan menangis". Lalu sabda baginda: "Pulanglah kepada mereka. Jadikanlah mereka tertawa seperti tadi engkau jadikan mereka menangis". (Riwayat Ibnu Majah)
Jadi perintah ibu atau bapa yang bukan bersifat maksiat atau mempersekutukan Allah, maka kita wajib mentaatinya. Namun jika perintah nya bersifat melawan kehendak dan hukum agama, maka tolaklah dengan cara yang baik.  
DN 105 ♂ Permata Idaman Mutiara Syurga LELAKI SOLEH ( Kulit Nipis | Kulit Tebal )
DN 248 20 Kesilapan Anak - Siri Keluarga Gemilang
Kembali ke atas ↑


3. Amalan Anak Yang Soleh
Soalan:

Apakah yang dimaksudkan dengan amalan anak yang salih diterima oleh kedua ibubapanya?
Adakah anak tersebut perlu meniatkan amalan tersebut khas kepada ibubapa mereka atau tidak..?
Abdullah Abu Bakar, KL
Jawapan:
Segala amal kebajikan yang dilakukan oleh seseorang dapat dikatakan sebagai amalan anak yang soleh, kerana setiap kita mempunyai ayah dan ibu. Samada kita kirim secara khusus doa untuk orang tua atau kita beramal untuk diri kita sendiri, maka segala kebaikan dan kebajikan yang kita lakukan itu merupakan ibadah anak yang soleh. Adalah lebih baik kita mendoakan kedua ibu bapa dengan doa yang khusus seperti yang tercantum dalam ayat Al Quran dan diamalkan oleh setiap orang selesai mengerjakan solat.
Kembali ke atas ↑


4. Sombong Terhadap Orang Arif dan Lebih Tua
Soalan:
Apakah hukum seseorang yang sombong dan bongkak terhadap orang yang lebih arif dan tua
daripadanya?
Hamba Allah
Jawapan:
Menghormati orang yang lebih arif merupakan tanggungjawab setiap idividu kerana Rasulullah SAW sangat mencintai orang yang menghargai ilmu, sebagaimana baginda menyayangi saidina Ali Karamallahu wajhahu yang merupakan babul ilmi atau gedung ilmu pada zamannya. Bahkan Saidina Ali ra. sendiri pernah berkata : "Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, bersolat (sunat) dan berjihad. Apabila mati orang yang berilmu, maka terdapatlah suatu kekosongan dalam Islam yang tidak dapat ditutup selain oleh penggantinya atau orang yang berilmu juga".
Begitu juga tentang sifat sombong merupakan sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT jika para hamba-Nya memilikinya. Kerana yang berhak memiliki kesombongan itu hanya Allah, sebab Dialah Yang Maha Kuasa. Sifat sombong juga menyebabkan seseorang terhalang untuk dimasukkan ke dalam syurga di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Barangsiapa kelak pada hari kiamat ia suci dari tiga perkara, maka ia akan masuk syurga, iaitu dari sikap sombong, rasuah dan hutang". (Riwayat Tirmizi) Bertawadhuklah  serta merendahkan diri kepada Allah, agar kita tidak menyombongkan diri dalam segala hal. Dengan demikian kita akan tergolong insan yang diredhai-Nya. Insya Allah.
Kembali ke atas ↑


5. Belagak Pandai tetapi Bodoh
Soalan:
Apakah hukum orang yang suka cakap besar dan tinggi padahal dia tidak tahu apa-apa?
Hamba Allah
Jawapan:
Rasulullah SAW berjalan melalui sekelompok sahabat yang sedang berkumpul. Baginda bertanya; "Mengapa kamu berkumpul di sini ?" Sahabat menjawab: "Ya Rasulullah disini  ada orang  gila yang sedang mengamuk, sebab itu kami berkumpul di sini". Kemudian baginda bersabda: "Orang ini bukan gila, ia sedang mendapat musibah. Tahukah kamu, siapakah orang gila yang sebenar ?". Para sahabat menjawab: "Tidak ya Rasulullah". Baginda menjelaskan; orang gila ialah orang yang berjalan dengan takbur atau sombong, yang memandang orang lain dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap syurga Tuhan sambil berbuat maksiat, kejahatannya membuat orang terganggu. Adapun orang ini dia hanya sedang mendapat musibah".
Begitu hina orang yang sombong tapi bodoh di sisi Rasulullah SAW sehingga baginda menganggapnya sebagai orang gila. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk syurga orang yang ada di dalam hatinya seberat biji sawi dari takbur (sombong). Dan tidak akan masuk neraka orang yang ada dalam hatinya seberat biji sawi dari iman". (Riwayat Muslim)
Kembali ke atas ↑


6. Memutuskan Silaturrahim (Hubungan Persaudaraan sesama SeIslam)
Soalan:
Apakah hukumnya kalau ibu mertua memutuskan hubungan persaudaraan antara ibu mertua dengan menantunya yang suaminya telah kembali ke rahmahtullah?
Iswadi, KL
Jawapan:
Memutuskan hubungan silaturrahim yang sedia terjalin adalah berdosa besar. Dalam ayat Al Quran ada dijelaskan: "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerosakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka". (Muhammad 22 -23) Sebagai seorang manantu berusahalah agar sikap yang kurang baik ditunjukkan mertua itu dihadapi dengan jiwa yang dewasa, semoga dengan cara ini ia sedar bahawa ia telah melanggar syariat yang telah ditetapkan Allah dalam hal menjalin Silaturrahim.
Kembali ke atas ↑


7. Tabiat Menipu
Soalan:
Assalammualaikum. Soalan saya bergini. Apakah hukumnya seseorang itu MENIPU sedangkan dia tahu menipu itu adalah berdosa dan masihkah ada pengampunan untuk beliau?
Abdul Halim, KL
Jawapan:
Menipu merupakan pekerjaan dosa besar, kerana sifat ini merupakan sifat yang paling menonjol yang dimiliki oleh orang munafik. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam, apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khianat". (Riwayat Bukhari dan Muslim). Balasan bagi orang suka menipu serta tidak amanah ataupun tergolong dalam orang munafik ini sangat pedih di akhirat nanti. Sekalipun orang munafik atau menipu orang itu sentiasa merahsiakan sifat kemunafikannya, Allah adalah Zat Yang Maha Tahu akan membongkar kesalahannya di hadapan orang-orang Islam apa yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Allah berfirman maksudnya: "Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu" (Muhammad ayat 29-30) Dalam sebuaha riwayat dikisahkan, merupakan perjalanan yang mengerikan bagi mereka yang suka menipu di akhirat nanti dengan melalui jambatan nereka yang lebih lembut dari helaian rambut. Tidak ada manusia yang mampu melaluinya kecuali atas pertolongan Allah. Bagi kaum munafik atau penipu, tatkala mereka menuju jambatan itu dan bersama-sama dengan kaum mukminin, mereka mendapatkan cahaya sebagaimana yang didapati oleh kaum mukminin itu. Nampak seakan-akan mereka turut melakukan solat, zakat, haji dan puasa. Namun di tengah jambatan itu, Allah mencabut cahaya-Nya. Mereka terdiam dan berdiri dalam keadaan bingung, tak mampu melanjutkan perjalanan. Mereka dipanggil oelh orang-orang mukmin supaya mendekatinya supaya mereka memperoleh cahaya, namun mereka tertinggal jauh. Lalu dikatakan kepada orang munafik atau peniupu itu mundurlah ke belakang. Mereka pun mundur mencari cahaya yang hilang. Begitulah nasib bagi orang yang menipu.
Berusahalah untuk bertaubat daripada pekerjaan menipu ini :
1. Kembali kepada Allah SWT dengan mengikuti segala ajaran-Nya dan bertaubat dengan taubat nasuha.
2. Bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenarnya sambil mengharapkan keutamaan-Nya.
3. Bersyukur kepada Allah kerana telah membuka hati kita kepada bertaubat kepada-Nya, insya Allah segala kesilapan yang telah kita lakukan pada masa silam akan diampunkan-Nya.
Kembali ke atas ↑


8. Menghormati Ibu Bapa dan Orang Lebih Tua
Soalan:
Apakah hukum seseorang yang tidak menghormati orang yang tua daripadanya seperti, ayah, ibu, abang atau kakaknya sendiri?
Hamba Allah
Jawapan:
Bagi orang yang tidak menghormati kedua ibu bapanya maka hukumnya berdosa besar. Begitu juga jika tidak menghormati orang lebih tua daripada kita, baik tua dari segi usia mahupun tua atau matang dari segi ilmu pengetahuan. Di dalam Islam orang yang derhaka kepada kedua ibu bapanya termasuk ke dalam kategori dosa besar setelah mensyirikkan Allah, dan akan di masukkan ke dalam neraka. Firman Allah SWT maksudnya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah (uff) dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". (Al Isra' 23) Orang yang tidak menghormati ibu bapa akan dilaknat oleh Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang bermaksud: "Ada tiga macam orang yang terkena laknat Allah SWT iaitu: Seorang yang membenci kedua ibu bapanya, seseorang yang berusaha menceraikan sepasang suami isteri, kemudian setelah isteri tersebut dicerai ia menggantikannya sebagai suaminya dan seseorang yang berusaha agar orang-orang mukmin saling membenci dan saling mendengki antara sesamanya dengan hasutan-hasutannya". (Riwayat Ad Dailami daripada Umar ra)
DN 242 40 Peranan Anak Mithali  
DN 148 ♀ Bunga Idaman Mutiara Syurga WANITA SOLEHAH ( Kulit Nipis | Kulit Tebal ) 
Kembali ke atas ↑


9. Anak Yang Mendoakan Kedua Ibu Bapa
Soalan:

Selepas sembahyang saya selalu mensedekahkan doa al-fatihah buat arwah ayah saya, dan buat ibu saya juga yang masih ada. Persolannya...adakah kita mensedekahkan al-fatihah itu untuk mereka yang telah tiada sahaja!?
Mohd. Haris, Ipoh
Jawapan:
Anak yang soleh memang berkewajipan mendoakan kedua ibu bapanya samada ia sudah meninggal dunia mahupun ketika keduanya masih hidup. Membaca al fatihah untuk dikirimkan sebagai 'doa' (usah guna istilah 'sedekah') kepada kedua ibu bapa juga sama nilainya dengan mendoakan kebaikan untuk keduanya, kerana demikianlah selayaknya yang harus dilakukan oleh seorang anak.
Buku-buku Kategori:
  Kekeluargaan
Pelajar & Remaja
Kembali ke atas ↑


10. Taubat Anak Terhadap Ibu yang Telah Meninggal
Soalan:

Assalamualaikum. Tuan, seorang sahabat telah bermimpi bertemu dengan ibunya selepas dia menunaikan sembahyang hajat dua raakaat. Didalam mimpi tersebut si anak memohon maaf dengan ibunya tentang dosa yang pernah dilakukannya sebelum ibunya meninggal dunia dahulu dan ibunya menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk memaafkannya (didalam mimpi). Soalannya, adakah taubatnya diampunkan oleh Allah s.w.t.?
Hamba Allah, Beranang
Jawapan:
Derhaka kepada ibu ataupun bapa merupakan dosa besar. Ibu adalah orang yang paling besar pengorbanannya dalam membesarkan anak-anaknya, jadi tidak ada sesuatupun yang dapat membalas kebaikan dan perjuangan seorang ibu. Allah SWT berfirman maksudnya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungkannya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya (bercerai susu) dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang ibu bapamu; hanya kepada Ku lah kamu kembali".
(Surah Lukman ayat 14) Jika kita telah terlanjur derhaka kepada ibu sedangkan ibu tersebut telah meninggal dunia, maka bertaubatlah setelah itu lakukanlah kewajipan kita sebagai seorang anak. Berbuat baiklah kepadanya dengan mendoakannya serta mengerjakan segala perintah Allah dengan demikian kita telah meringankan bebannya di alam barzakh. Sesungguhnya doa anak yang soleh dan telah bertaubat kepada Allah sangat diharapkan oleh seorang ibu. Setelah kita lakukan taubat dan berbuat baik kepada ibu dengan cara mendoakannya, sedekah untuknya, menjalinkan silaturrahim teman sejawatnya, maka kita serahkan segalanya kepada Allah. Hanya Allah sahajalah yang menentukan kedudukan kita di akhirat kelak.
Kembali ke atas ↑


11. Niat Baik dan Jahat
Soalan:
Benarkah kalau kita berniat jahat tapi kalau kita tak melakukannya maka kita akan diberi pahala manakala kalau kita berniat baik walaupun kita tak melakukannya kita juga akan beroleh pahala?
Md Rajmir, Seri Kembangan
Jawapan:
Dalam sebuah hadis qudsi, daripada Abu Hurairah ra. bahawa Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila hambaKu bermaksud hendak mengerjakan suatu kesalahan, jangan kamu tuliskan sebelum dikerjakannya dan kalau dikerjakannya tuliskanlah sebanyak kesalahannya. Tetapi kalau tidak jadi dikerjakannya kerana mengingati Aku, tuliskan untuk orang itu suatu kebaikan. Kalau dia bermaksud hendak mengerjakan kebaikan dan belum dikerjakannya, tuliskanlah untuk orang itu satu kebaikan. Tetapi jika sampai dikerjakannya, tuliskanlah pahalanya sepuluh kali lipat, sampai tujuh ratus kali".
(Hadis Riwayat Bukhari)
Kembali ke atas ↑


12. Memutuskan Tali Silaturrahim
Soalan:
Saya ada perselisihan faham dengan seorang kawan. Untuk tidak mahu memanjangkan masalah, saya memohon kemaafan atas dasar ingin menjalinkan semula persahabatan. Tapi kawan saya langsung tidak menunjukkan minat untuk berbaik semula.Adakah dosa saya memutuskan silaturrahim terhapus jika sikap saya telah memohon maaf, tapi tidak dipedulikannya?
Dir, Melaka
Jawapan:
Sebagai seorang Islam, sewajarnyalah kita memohon kemaafan kepada seseorang jika kita telah melakukan kesalahan terhadapnya. Jika kita telah minta maaf terpulanglah kepada orang tersebut, apakah ia ingin memaafkannya atau sebaliknya, kerana selaku manusia kita tidak dapat terlepas daripada melakukan kesilapan dan kesalahan. Tapi jangan pula kita memutuskan tali silaturrahim lantaran sikapnya yang acuh tak acuh.
Memutuskan silaturrahim menyebabkan seseorang memperoleh hukuman dengan segera ketika berada di dunia lagi. Sebagaimana  diterangkan dalam sebuah hadis daripada Abu Bakar ra. bahawa baginda SAW bersabda yang bermaksud: "Tidak ada dosa yang lebih layak dipercepat hukumannya di dunia, dan apa yang dipersiapkan Allah baginya di akhirat daripada tindakan kezaliman dan memutuskan hubungan silaturrahim". (HR. Ibnu Majah dan Tarmizi)
Sesungguhnya tidak rugi jika kita sentiasa mempererat tali silaturrahim, kerana ia menyebabkan dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umur. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia memelihara hubungan silaturrahim". (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kembali ke atas ↑


13. Hukum Mandi Berbogel
Soalan:
Assalamualaikum, apakah hukumnya mandi tidak bertutup (berbogel) di dalam bilik yang bertutup?
Ahmad, Alor Setar
Jawapan:
Seseorang yang mandi telanjang di dalam bilik mandi di rumahnya apalagi jika mandi tersebut adalah mandi wajib hukumnya adalah makruh. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang menjelaskan Allah SWT itu suka kepada sifat malu, kerana itu apabila salah seorang dari umat Islam mandi, hendaklah ia menutup aurat. Hadis ini menjelaskan aurat kita walaupun di saat keseorangan dituntut supaya kita menutupnya, kerana di waktu itu yang layak kita malu ialah kepada Allah SWT semata-mata. Inilah sunnah Rasulullah SAW yang paling baik untuk kita mengikutinya.
Kembali ke atas ↑


14. Menghindar Gangguan Syaitan di dalam Tidur
Soalan:
Apabila tidur diwaktu malam saya terasa seperti ditindih sesuatu. Benda itu seperti hantu. Adakah betul hantu boleh mengacau manusia semasa tidur dan bagaimana cara untuk menghindarinya?
Niza, Sri Kembangan
Jawapan:
Istilah hantu adalah merupakan istilah yang hanya digunakan oleh masyarakat Melayu sahaja.Dalam bahasa Arab tidak ada istilah hantu. Yang ada ialah istilah syaitan atau jin kafir. Pada asasnya hantu atau syaitan tidak boleh pengapakan manusia kecuali jika ia diizinkan oleh Allah SWT. Di kala itu berlaku hasutannya kepada sesiapa yang menjadi mangsanya.
Cara untuk mengelakkan diri dari gangguan hantu ini khasnya semasa tidur ialah dengan mengamalkan amalan yang diajar oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah RA iaitu dengan membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali, Surah Al-Falaq 3 kali,  dan surah An-Nas sebanyak 3 kali dan kemudian menyapunya ke seluruh badan kecuali kawasan qubul dan dubur. Sebelum tidur hendaklah memgambil wuduk terlebih dahulu. Tidur pula hendaklah mengikut sunnah Rasulullah SAW. Jika gangguan itu datang setelah seseorang itu tidur kemudian ia terjaga, hendaklah ia meludahkan sebanyak 3 kali ke sebelah kirinya sambil membaca: "Aku berlindung dengan Allah dari syaitan yang direjam".
Kembali ke atas ↑


15. Mengelak Dari Mengumpat
Soalan:
Adakah dengan cara berdiam diri itu dapat mengelakkan kita daripada terlibat dalam hal mengumpat sedangkan kita sendiri mendengarnya dan tak terdaya untuk menegur mereka yang melakukannya?
Linda, P Pinang
Jawapan:
Al-Quran menggariskann kepada kita supaya tidak duduk di dalam majlis orang yang membicarakan soal-soal yang buruk. Majlis yang buruk adalah umum di sini, termasuklah majlis mengumpat. Dalam sebuah hadis yang sahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim menjelaskan sesiapa yang melihat kemungkaran hendaklah merubah kemungkaran itu dengan tangan, jika tidak mampu hendaklah dengan lidah dan jika tidak mampu juga hendaklah dengan hati dan itu adalah selemah-lemah iman.
Dalam sebuah hadis yang lain menjelaskan; Orang yang melihat orang lain melakukan kemungkaran sedangkan ia mampu berbuat demikian, tetapi tidak diambil apa-apa tindakan, maka laknat Allah turut  menimpa ke atas dirinya. Dalam kes di atas oleh kerana anda tidak berjaya merubah kemungkaran itu walaupun anda bersama dengan orang yang melakukannya, maka hendaklah anda membencinya di dalam hati. Jika boleh anda hendaklah menunjukkan kerut muka, atau dahi atau kening yang menunjukkan anda sebenar tidak bersetuju dengan perbuatannya itu .
Sayugia diingatkan dosa mengumpat di dalam islam amatlah berat sehinggakan Allah SWT menyamakannya dengan memakan daging saudara sendiri. Anda juga dinasihatkan supaya sentiasa menjauhi dari majlis seumpama ini, supaya anda terselamat dari dosa mengumpat.  
Kembali ke atas ↑


16. Tatatertib di Rumah Allah
Soalan:
Apakah tata tertib ketika berada di rumah Allah seperti ketika masuk/keluar masjid dan sebagainya. Dan apakah sembayang sunat yang dilakukan selepas tamatnya azan selain daripada sembahyang tahiyatul masjid.
Riduan, Singapura
Jawapan:
Seseorang yang memasuki masjid hendaklah melangkah dengan kaki kanan dahulu ke dalam masjid. Sebelum masuk bacalah doa: "Ya Allah Ya Tuhanku Bukalah untukku pintu rahmatMu". Kemudian menunaikan solat tahiyyatul masjid dua rakat. Kemudian duduklah dengan niat iktikaf. Duduklah dengah khusyuk dan tawaduk. Elakkan dari bercakap tentang perkara yang bukan-bukan.
Bacalah Al-Qur'an berzikir dan lain-lain amalan kebajikan asal sahaja tidak mengganggu orang yang sedang solat dalam masjid itu. Ketika hendak keluar bacalah doa berikut "Ya Allah Ya Tuhanku aku mohon kelebihan kurniaan dari Mu" kemudian keluar dengan melangkah dengan kaki kiri terlebih dahulu.
Solat sunat selepas azan ialah solat sunat yang berhubungan dengan azan itu dilakukan. Umpamanya jika azan itu dilakukan untuk solat zohor umpamanya maka kita menunaikan solat sunat zohor dua atau empat raakat itu sahaja. Tidak ada solat sunat yang lain selain dari ini.
Kembali ke atas ↑


17. Menyalahguna Waktu Bekerja
Soalan:

Apakah hukumnya kalau kita menggunakan waktu bekerja (waktu pejabat) untuk membaca buku-buku agama atau buku-buku lain (seperti buku motivasi) atau menghadiri ceramah agama. Walaupun kerja yang dilakukan adalah baik tetapi kita telah menyalahgunakan waktu pejabat yang sepatutnya digunakan untuk menjalankan tugas yang diberi. Apa pendapat ustaz tentang perkara ini. Harap dijawab kemusykilan saya ini?
Siti, Seri Kembangan
Jawapan:
Bekerja diniali sebagai suatu ibadah jika didalam melakukannya dimulai dengan niat yang baik, disamping itu pekerjaan itu sendiri tidak menyalahi dari segi syarak. Biasanya jika kita bekerja pada tempat-tempat tertentu, sebelum memulainya kita telah dimaklumkan bahawa imbuhan atau gaji yang akan kita perolehi itu sesuai dengan kerja yang diberikan oleh pihak syarikat. Oleh sebab itu kita berkewajipan mengisi masa bekerja itu dengan kadar yang seefektif mungkin, sebab setiap masa-masa yang kita tempuh itu akan dibayar sesuai dengan kadar yang ditetapkan.
Bayangkan jika kita mengambil kesempatan dengan membuat aktiviti lain untuk kepentingan diri sendiri, bererti kita telah menyalahgunakan waktu bekerja, sudah tentu diantara jumlah gaji yang kita perolehi ada yang bukan hak kita. Jika ini terjadi, maka hukumnya berdosa, kerana kita tergolong dalam orang yang tidak amanah.
Biasanya hasil yang kita perolehi dari titik peluh dan usaha kita itu akan kita gunakan untuk menyara kehidupan kita dan keluarga. Tentu kita tidak rela melihat keluarga kita menikmati makanan yang bercampur di dalamnya sesuatu yang bukan hak milik kita. Namun jika aktiviti yang kita lakukan itu telah diizin oleh pihak majikan atau dikerjakan pada masa berehat, maka dibolehkan. Yang paling penting tanamkan dan terapkan sifat amanah ini dalam diri agar tidak tergolong ke dalam insan yang derhaka pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan juga kepada Allah SWT.
Kembali ke atas ↑


18. Perbualan yang Menimbulkan Berahi
Soalan:
Seorang kawan saya telah menolong rakannya melakukan onani melalui perbualan telefon, apakah dia berdosa dan perlukah dia melakukan mandi hadas meskipun tiada sebarang air yang keluar dari kemaluannya?
Ina, Selangor
Jawapan:
Perbualan antara yang bukan muhrim yang dapat menimbulkan perasaan berahi hukumnya haram. Bahkan suara wanita yang diucapkan dengan nada lemah lembut di depan lelaki bukan muhrim dilarang kerana dikhuatirkan akan menimbulkan niat jahat dari orang yang busuk hatinya. Apatah lagi berbual-bual mengenai perkara seks yang sengaja dilakukan agar menimbulkan syahwat, ini sangat jelas dosanya. Tidak perlu mandi, jika tidak keluar mani kerana menghayal atau berangan-angan. Namun wajib mandi walaupun tidak keluar mani bagi yang melakukan persetubuhan. 
Kembali ke atas ↑


19. Peranan Anak Terhadap Ibu bapa
Soalan:

Apakah hukumnya seorang anak yang tidak mahu salam/menerima ayah kandungnya? Saya ada beritahu dia adalah tanggungjawab dia selagi ayahnya masih hidup untuk memberi wang dan sbg. Dan boleh tak ustaz terangkan lebih lanjut tanggungjawab anak terhadap kedua orang tua?
Hamba Allah, Singapura
Jawapan:
Anak wajib menghormati kedua ibu bapanya walau bagaimanapun keadaannya. Kerana sebab mereka berdualah anak dilahirkan di atas dunia ini. Masalah pengabaian  ibu bapa terhadap anak-anaknya itu merupakan tanggungjawabnya yang harus dijawab disisi Allah SWT kelak. Namun sebagai seorang anak betapapun kesalahan orang tua terhadapnya maka ia wajib menghormatinya. Bahkan di dalam Islam mewajibkan seorang anak menghormati dan mengunjungi ibu bapanya meskipun keduanya beragama lain. Adalah lebih baik anak memaafkan kesilapan yang pernah dilakukan oleh ibu bapa terhadapnya, dengan cara demikian anak telah membuka lembaran baru dalam kehidupan keluarganya dan ia tergolong orang yang berbudi luhur bahkan memperoleh keredhaan Allah yang luas. Sesungguhnya keredhaan Allah baru diperoleh anak melalui keredhaan ibu bapa terhadapnya. Seandainya ia derhaka kepada keduanya, maka bencana dan kemurkaan Allah mengiringi kehidupan anak. Jika ini terjadi alangkah ruginya kehidupan anak, oleh sebab itu bukalah pintu hati dan minda untuk menerima segalanya sebagai kenyataan dan garis kehidupan agar kita menjadi insan yang sabar dan pemaaf. Wallahu A'lam.
Kembali ke atas ↑


20. Doa Menghindari Sifat Marah
Soalan:
Kawan saya seorang yang panas baran dan mudah marah. Boleh tak ustaz berikan doa/bagaimana caranya untuk menyabarkan/menenangkan orang yang sedang marah? Doa/amalan untuk menyejukkan hati sendiri yang sedang marah?
Hamba Allah, S'pura
Jawapan:
Kemarahan itu timbul dari gejolak perasaan yang membara, ia bagaikan api yang membakar perasaan. Kemarahan itu juga merupakan dorongan syaitan yang ingin menghancurkan jiwa seseorang, sesungguhnya syaitan itu dari api, dan api akan padam dengan air. Oleh sebab itu jika dalam keadaan marah segeralah mengambil wuduk agar kemarahan menjadi reda. Perbanyakkan istighfar kepada Allah dan selawat keatas Nabi, membaca Al Quran, kerjakan solat dan perkara-perkara yang diperintah dan tinggalkan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Dengan cara demikian insya Allah kemarahan akan dapat dihindarkan.
HAJAT untuk Rawatan, Pelindung dan Doa DN 001 ( Kulit Nipis | Kulit Tebal )
HAJAT untuk Rawatan, Pelindung dan Doa DN 002 ( Kulit Nipis | Kulit Tebal )
DN 089 Hidupkan Batin dengan Berdoa & Berzikir
Kembali ke atas ↑


21. Membalas Jasa Terhadap Keluarga yang Meninggal
Soalan:
Bagaimana dapat dia membalas jasa nenek dan datuknya yang telah meninggal dunia? Secara umum, bila kedua orang tua kita meninggal dunia, selain dari sedekahkan surah Al-Fatihah, apa lagi amalan yang dapat dilakukan?
Hamba Allah, S'pura
Jawapan:
Dalam sebuah hadith ada disebutkan, apabila mati anak Adam, maka putuslah segala amalannya, kecuali tiga perkara. Pertama, sedekah jariah yang pernah diberikannya ketika ia masih hidup, kedua, ilmu yang bermanfaat, ketiga, anak yang soleh yang mendoakan keduanya.
Hanya anak yang soleh yang dapat membantu keluarganya yang telah meninggal dunia dengan cara mendoakan bagi keduanya, atau menyedekahkan harta peninggalannya ke jalan yang diredhai Allah. Insya Allah dengan cara demikian akan membantu mereka yang telah meninggal dunia.
Kembali ke atas ↑


22. Berutus Surat kepada Bukan Muhrim 
Soalan:

Apakah hukumnya seorang lelaki dan seorang perempuan berutus surat?
Iqin, Bayan Baru
Jawapan:
Berkirim surat pada asasnya boleh atau harus, namun jika surat itu mengandung perkara yang menjurus kepada maksiat yang boleh menimbulkan fitnah hukumnya terlarang atau haram. Namun jika untuk kemaslahatan dan untuk kebaikan dibolehkan.
Kembali ke atas ↑


23. Berkasih Sayang Kerana Allah
Soalan:
Bagaimanakah bercinta dan berkasih sayang kerana Allah?
Nik Fasdi, Tokyo
Jawapan:
Banyak hadith yang meriwayatkan tentang keutamaan persaudaraan kerana Allah dan kedudukan yang tinggi bagi mereka yang menjalin persaudaraan kerana Allah. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Barangsiapa yang menjalin persaudaraan kerana Allah maka Allah akan meninggikan darjatnya di dalam syurga, tidak condong suatu apapun dalam amalannya".
Berkata Abu Idris Al Khaulani kepada Muaz bin Jabal: "Sesungguhnya aku mencintai anda kerana Allah". Maka Muaz berkata: "Sampaikanlah berita gembira dan bergembiralah. Sesungguhnya aku telah mendengar daripada Rasulullah SAW bersabda: "Suatu kelompok manusia kelak akan memperoleh kursi di sekitar Arsy pada hari kiamat, wajah mereka bagaikan bulan purnama pada malam lailatul qadar, waktu itu manusia terkejut padahal mereka tidak merasa terkejut, dan manusia takut padahal mereka tidak merasa takut, mereka itu adalah Auliya Allah yang tidak pernah takut terhadap mereka (musuh-musuh Allah) dan tidak pernah merasa khuatir". Kemudian aku (Muaz) bertanya: "Siapakah mereka itu ya Rasulullah ?" Baginda menjawab: "Mereka adalah yang berkasih sayang kerana Allah". (Riwayat Ahmad dan Hakim) Persaudaraan dan kasih sayang kerana Allah ini adalah didirikan kerana ingin menegakkan kalimah Allah dan meninggikan asma Allah. Mereka berjumpa kerana menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Mereka mengutamakan kesejahteraan kaum muslimin daripada dirinya sendiri, dan menjaga hubungan persaudaraan itu dengan akhlak yang mulia. Jika konsep persaudaraan kerana Allah ini dapat dilaksanakan oleh umat Islam seluruhnya maka bahagialah umat ini hingga akhir hayat.
Dalam sebuah hadith diterangkan, sesungguhnya Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Allah SWT berfirmaan pada hari kiamat: "Dimana orang-orang yang menjalin rasa cinta kerana Aku ? Hari ini pada saat tidak ada lagi naungan apapun kecuali naungan-Ku, maka akan Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku. Ada sebanyak tujuh kelompok dari mereka itu yang mendapat perlindungan Allah di saat tidak ada perlindungan lain pada hari itu kecuali perlindungan-Nya saja.
Sebagaimana diriwayatkan Asy Syaikhani bahawa di antara yang tujuh kelompok itu adalah dua orang yang menjalin cinta kerana Allah, berkumpul kerana Allah dan berpisah juga kerana Allah. (Ibnu Hibban dan Hakim dari Anas ra)
DN 105 Permata Idaman Mutiara Syurga LELAKI SOLEH ( Kulit Nipis | Kulit Tebal )
Kembali ke atas ↑


24. Bertaubat dengan Sebenarnya
Soalan:
Saya ada satu kemusykilan , bagaimanakah cara yang perlu dilakukan oleh seseorang yang telah melakukan dosa sedangkan pada masa yang sama dia sudah tidak mahu mengulangi lagi perbuatannya tetapi apabila diajak oleh temannya lalu mendorong dia mengulangi kembali perbuatannya itu. Oleh itu, apakah yang patut orang itu lakukan?
Nor, K Bharu
Jawapan:
Ucapan taubat seorang hamba semata-mata tidak boleh dijadikan bukti kesungguhan dalam bertaubat, kecuali dia membuktikan tanda-tanda kesungguhan taubatnya. Diantara tanda-tanda itu:
1.Benar-benar berniat untuk meninggalkan perbuatan dosa dan kembali kepada ketaatan. Inilah tanda bahawasanya dia benar-benar merasa berdosa dan ingin bertaubat kepada Allah SWT.
2. Setelah bertaubat keadaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
3. Tidak pernah merasa aman dari seksa Allah walau sekejap pun sepanjang hidupnya, maksudnya, jangan sampai orang yang bertaubat berbuat maksiat dengan keyakinan akan mendapat rahmat Allah. Sungguh tidaklah seseorang merasa aman dari seksa Allah SWT kecuali orang-orang yang merugi yang selalu berbuat maksiat, sehingga apabila ia merasa bersalah dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat dosa ia menyesal. Penyesalan seperti ini tidak ada ertinya.
4. Benar-benar menyesal, sedih dan merasa rugi atas kelengahannya serta takut akan pedihnya seksa di dunia dan di akhirat. Seringkali kenikmatan nafsu yang sekejap menjadikan sengsara selamanya.
5. Selalu ingat bahawa dirinya pasti akan kembali kepada Allah SWT dan pada bila-bila masa sahaja maut akan datang.
6. Yang paling penting dari tanda-tanda kesungguhan orang bertaubat adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasul serta orang-orang muslim dengan berbuat apa-apa yang menunjukkan atas kecintaannya itu.
Bertaubatlah dengan sesungguhnya dan lakukanlah taubat itu setiap saat, banyaklah beristighfar kepada Allah agar terhindar daripada mengulangi perbuatan yang keji dan tercela.
Kembali ke atas ↑


25. Keinginan Mempelajari Ilmu Agama
Soalan:
Saya telah membeli buku dari pihak terbitan tuan iaitu Amalan ketika mengandung & Setelah bersalin serta panduan menamakan Bayi. Namun malangnya dan sedihnya di pihak saya kerana terlalu daif dari segi ugama, membaca bahasa Al-Quran pun merupakan masalah bagi pihak saya. Namun saya berharapdapat mempelajari semula tidak lama lagi. Oleh kerana tidak dapat membaca bahasa Al-Quran, mungkin pihak tuan dapat mencadangkan saya buku yangmempunyai terjemahan didalam sebutan bahasa rumi. Oleh kerana itu, sesudah bersembahyang saya hanya membaca didalam bahasa terjemahan sahaja. Adakah itu diterima Allah. Saya amat berharap agar anak di dalam kandungan saya ini menjadi anak yang soleh, taat kepada Allah, ibubapa dan kejayaan dalam hidup. Insya-Allah saya akan cuba mendekatkan diri dengan Allah sedaya upaya?
Isteri Risau, P Pinang
Jawapan:
Di dalam Islam menuntut ilmu dianjurkan kepada setiap individu semenjak dari buaian hinggalah ke liang lahat, apatah lagi menuntut ilmu-ilmu agama merupakan kewajipan atau fardhu. Nilai ibadah kita akan menjadi sia-sia jika tidak disertai dengan ilmu, kerana amalan tanpa ilmu dianggap taklid buta. Walaupun begitu jika kita sentiasa berusaha dan menanamkan niat untuk mempelajari ilmu agama ataupun mempelajari membaca Al Quran, maka kita telah tergolong orang yang menuntut ilmu dan mencari kebenaran. Jika kita meninggal dunia ketika dalam berusaha mencari ilmu dan kebenaran, maka kematian kita tergolong mati syahid.
Pelajarilah ilmu membaca Al Quran sebelum terlambat, kerana ilmu inilah yang akan membela kita di akhirat nanti, ketika tidak ada seorangpun yang sanggup membantu dan menolong kita. Niat baik puan untuk mempelajari membaca Al Quran itu merupakan niat yang murni dan suci jika ia tumbuh dari lubuk hati yang ikhlas. Untuk peringkat awal mungkin puan boleh belajar dengan menggunakan kaedah "Iqrak" kemudian untuk pemahaman ayat-ayat Quran bacalah erti ayat-ayat tersebut yang terkandung dalam Al Quran terjemahan. Semoga cita-cita puan ingin memiliki anak yang soleh yang dapat mendoakan kedua ibu bapanya terutama setelah meninggal dunia dikabulkan Allah dan mendapat rahmat-Nya, insya Allah.
Kembali ke atas ↑


26. Adab Membawa Al Quran Dalam Perjalanan
Soalan:
Tolong terangkan adab-adab membawa Al-Quran seperti di dalam perjalanan dsb.
Khairul Nizam, JB
Jawapan:
Al Quran merupakan kitab suci yang perlu dihormati dan dijaga dengan baik. Tidak kira ketika di rumah atau dalam perjalanan. Pastikan letakkan Al Quran di tempat yang tinggi sehingga tidak terduduk atau terpijak oleh anak-anak atau kita sendiri. Jika dalam kenderaan letakkan di bahagian atas bukan di bahagian tempat duduk. Usahakan dalam keadaan berwuduk ketika ingin memindahkannya kecuali dalam keadaan kita terpaksa memindahkannya ke tempat yang lebih baik maka ketika itu kita diharapkan dengan segera memindahkannya.
Kembali ke atas ↑



27. Keizinan Ibu Bapa
Soalan:
Apakah hukumnya seorang anak yang mengengkari larangan ibubapa dalam melakukan perkara yang baik. Dalam kes ini saya menyertai satu jemaah dakwah tabligh yang terdapat di negara kita ini. Tiada ajaran songsang di dalamnya, namun saya mendapat tentangan dari mereka untuk menyertainya. Saya tetap dengan pendirian saya walau pun dimarah dan dilarang oleh mereka. Apakah saya menderhakai mereka?
Hidayat, P Pinang
Jawapan:
Termasuk berbuat baik dan berbakti kepada ibu bapa ialah tidak berjihad kecuali dengan izin mereka. Dalam hadith shahih diriwayatkan dari Abdullah bin Amru ia berkata, seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW meminta izin kepada baginda untuk berjihad. Kemudian Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Apakah ayahmu masih hidup ?" Pemuda tersebut menjawab: "Ya". Rasulullah SAW bersabda: "Berjihadlah bagi kedua orang tua". (Riwayat Muslim)
Dalam hadith yang lain disebutkan, orang itu menjawab: "Ya, ku tinggalkan mereka menangis". Rasulullah SAW bersabda: "Pergilah buat mereka tertawa sebagaimana engkau membuat mereka menangis".
Menurut lafaz Bukhari dalam kitab "Birrul Walidain" diberitahukan kepada kami oleh Abu Nuaim, disampaikan kepada kami oleh Sufyan dari Atha' dari As Saib dari ayahnya dari Abdullah bin Amru ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW membaiatnya untuk hijrah dan meninggalkan kedua orang tuanya menangis." Rasulullah SAW bersabda: "Kembalilah kepada mereka dan buatlah mereka ketawa, sebagaimana engkau membuat mereka menangis".
Menurut Ibnu Mundzir dalam hadith terdapat larangan pergi tanpa izin kedua ibu bapa, bila tidak ada seruan untuk berjihad menghadapi serangan musuh. Apabila terjadi seruan jihad, semua orang wajib pergi. Diriwayatkan juga membuat kedua orang tua menangis dan membuat sedih keduanya termasuk derhaka. Diriwayatkan dari Ali Karramallahu Wajhahu ia berkata, Bersabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa membuat sedih kedua orang tuanya bererti ia telah derhaka kepada keduanya". (Riwayat Al Khatib)
Dengan ungkapan beberapa buah hadith dan pendapat ulama di atas, mungkin dapat anda simpulkan tentang keadaan anda ketika ini, walaupun niat yang baik namun tanpa keizinan kedua mereka menyebabkan hilangnya keberkatan daripada usaha baik kita tersebut. Apabila berjumpa dua perkara yang baik, maka pilihlah yang terbaik mengikut syarak, jangan pilih yang terbaik mengikut hati dan nafsu.
Kembali ke atas ↑


28. Menanggung Perbelanjaan Ibu Bapa
Soalan:
Saya ingin bertanya masalah dari segi hukum tanggungan. Saya telah beristeri dan mempunyai seorang anak berusia 4 bulan. Dan saya juga merupakan anak sulung dari 5 beradik dan ibubapa saya seorang yang miskin. Sebelum kami berkahwin, saya dan isteri saya telah berjanji akan memberikan sekian2 jumlah kepada ibubapa saya setiap bulan so dengan syarat itu mereka pun bersetuju.Kerana jika saya putus mengirim duit bulanan, ibubapa saya akan menderita dalam menanggung adik beradik saya. So saya kira tempat bergantung mereka.
Masalahnya sekarang, kebetulan kegawatan ekonomi yang melanda, menyebabkan gaji saya dipotong dan pelbagai masalah tetiba aje muncul beberapa bulan akhir2 ini, dengan pula kelahiran cahaya mata
baru menyebabkan kewangan kami agak tersepit. Tapi saya tetap mengirimkan duit bulanan pada parent saya seperti biasa kerana jika terkurang bagi, mereka akan meghadapi kesulitan. Yang menjadi masalahnya sekarang, isteri saya sering merungut kerana dalam kesempitan wang ini, saya tetap mengirim wang pada parent saya sekian2 jumlah. Dia menuduh saya mengabaikan nafkah hidupnya, tapi saya rasakan setakat makan minum seperti orang lain saya tak abaikan. Cuma tak bolehlah berbelanja mewah sikit seperti orang lain.
Pelbagai tomahan yang dilemparkan oleh isteri saya pada saya...katanya saya lebih pentingkan parent saya...so saya ingin meminta pendapat/nasihat daripada ustaz, adakah saya perlu mengurangkan pemberian kepada orang tua saya semata2 supaya kami sekeluarga hidup lebih selesa, padahal saya tahu jika saya bagi kurang dari seperti yang saya bagi, orang tua saya akan mendapat kesusahan. Siapakah yang perlu saya utamakan, tanggungan orang tua atau isteri saya? Saya harap dapat sedikit nasihat daripada ustaz. Terima kasih.
Shamsulaizan, Bukit Jalil
Jawapan:
Hubungan dan tanggungjawab anak lelaki terhadap ibu bapanya tidak akan terputus walaupun ia telah mendirikan rumahtangga. Lainlah halnya bagi seorang wanita bagi mereka setelah bernikah segala aspek kehidupannya haruslah dibawah jagaan dan perhatian suaminya. Walaupun ia berhajat ingin berkunjung ke rumah ibu bapanya sendiri si isteri hendaklah terlebih dahulu meminta izin kepada suaminya. Jika anda yakin bahawa keperluan hidup keluarga terjamin dari segi tempat tinggal dan makanan mereka, maka teruskanlah membantu kedua ibu bapa anda demi kebahagiaan anda sendiri baik di dunia mahupun di akhirat.
Keinginan isteri untuk bermewah-mewah sehingga mengabaikan tangungjawab kita terhadap ibu bapa sendiri adalah merupakan perkara yang tidak terpuji. Adalah lebih baik suami memberikan nasihat secara baik dan hikmah agar ia memahami kedudukan yang sebenar menurut syarak. Maka tugas seorang suami mendidik isteri menjadi wanita solehah dan tidak mengikut kehendak nafsunya secara berlebih-lebihan.
Disini kami kemukakan sebuah hadith yang agak panjang tentang sikap seorang anak lelaki yang melarang bapanya mengambil sedikit hartanya yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari jabir Ibnu Abdillah ia berkata bahawa seorang lelaki telah datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah mengambil hartaku".
Kemudian malaikat Jibril pun turun kepada Rasulullah SAW dan berkata: "Allah Azza Wajalla menyampaikan salam kepadamu. Apabila orang tua itu datang kepadamu maka tanyalah kepadanya tentang sesuatu yang dikatakan dalam dirinya dan hanya di dengar oleh telinga saja". Tatkala orang tua itu datang, Rasulullah SAW pun bertanya: "Mengapa anak lelakimu mengeluh tentang sikapmu, dan apakah engkau ingin mengambil hartanya ?".
Orang tua itu pun berkata: "Tanyalah kepada anak lelaki ku itu ya Rasulullah, apakah aku menggunakannya bagi salah seorang ibu saudaranya atau bagi diriku". Rasulullah SAW berkata: "Janganlah ceritakan hal ini kepada kami, beritahulah aku tentang sesuatu yang engkau ucapkan dalam dirimu dan hanya didengar oleh kedua telingamu". (sesuai dengan perintah malaikat Jibril tadi)
Orang tua itu pun berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, Allah SWT selalu menambah keyakinan kami terhadap diri baginda. Aku telah mengucapkan sesuatu dalam diriku yang hanya didengar oleh kedua telingaku". Rasulullah SAW bersabda: "Katakanlah agar saya dapat mendengarnya". Orang tua itu pun berkata:
"Ku beri engkau makan ketika masih bayi dan ku biayai engkau ketika dewasa.
Engkau minum dari rezeki yang kuberikan kepadamu.
Bila engkau sakit di waktu malam, aku tidak tidur dan gelisah semalaman kerana penyakitmu.
Seakan akulah yang terkena penyakit itu bukannya engkau sehingga akhirnya aku menangis.
Diriku takut jika engkau binasa.
Supaya engkau tahu bahawa maut memiliki waktu tertentu.
Tatkala engkau menjadi besar dan mencapai akhir usia, aku pun tidak mengharapkanmu.
Engkau balas aku dengan kekerasan dan kebengisan, seakan-akan engkaulah pemberi kenikmatan dan kurnia.
Jika engkau tidak memelihara hak aku sebagai seorang bapa cukupah engkau lakukan seperti yang dilakukan tetangga yang berdekatan.
Lalu engkau penuhi hak tetangga terhadapku dan tidak kikir kepadaku dengan harta yang bukan hartamu".
Ketika itu Rasulullah SAW memegang leher baju anak lelaki tersebut dan berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu".
Dengan hadith diatas maka lebih jelaslah bagi kita betapa penting tanggungjawab anak lelaki terhadap kedua ibu bapa. Jangan jadikan kecuaian isteri dalam memahami perintah agama menyebabkan kita tergolong dalam anak yang derhaka dan tidak mendapat rahmat daripada Allah SWT, nauzubillahi minzalik.
DN 105 Permata Idaman Mutiara Syurga LELAKI SOLEH ( Kulit Nipis | Kulit Tebal )
Kembali ke atas ↑


29. Memberi Salam Kepada Orang yang Berdosa
Soalan:
Saya merupakan seorang pelajar luar negara. Sekarang nie, kebanyakan rakan2 terutamanya lelaki mengalami masalah akhlak yang boleh juga dikatakan kritikal. Ada diantara mereka yang mengambil dadah (ganja),sudah pandai minum arak dan ada yang menjadikan disko sebagai tempat meluangkan masa malam mereka. Ada juga rakan2 lelaki yang sudah bertindik mengikut budaya remaja di sini. Saya khuatir juga, kerana di tempat kami ni kiranya kawasan pedalaman dan jauh dari pengetahuan pihak2 yang bertanggungjawab ke atas kami (MSD).
Soalan saya:-
1. Bolehkah kita memberi salam kepada mereka2 yang telah minum arak.? Ini kerana ada pendapat yang mengatakan bahawa kita tidak boleh memberi salam kepada mereka kerana mereka ini diibaratkan sebagai orang kafir.?
Eda, Wales, UK
Jawapan:
Orang Islam yang minum arak bererti orang yang melakukan dosa besar dan mereka masih dalam keadaan muslim dan tidak tergolong kafir. Jika ia masih muslim maka menjadi tanggungjawab kita untuk saling bertegur sapa dan mengucapkan salam apabila berjumpa. Moga dengan sikap kita yang baik dan luhur itu dapat merubah keperibadiannya serta mengembalikannya ke pangkal jalan. Kemudian nasihatlah sahabat kita tersebut sebagai tanggungjawab kita memenuhi panggilan amar makruf nahi mungkar. Wallahu A'lam.
Kembali ke atas ↑


30. Melihat Aurat Sejenis
Soalan:

Apakah hukumnya seseorang lelaki itu melihat kemaluan seorang lelaki yang lain? Adakah ianya haram? Tetapi, bagaimana pula sekiranya lelaki tersebut bertujuan untuk mengetahui sama ada kemaluannya normal seperti lelaki lain atau tidak?
Zul, Klang
Jawapan:
Melihat aurat orang lain hukumnya haram tidak kiralah kepada kaum sejenis ataupun sebaliknya. Walaupun begitu melihat aurat kanak-kanak kerana untuk menguruskan kemaslahatnnya tidaklah haram. Bagi seorang lelaki yang ingin mengetahui keadaan atau kemampuan zakarnya kepada orang yang mengetahui seluk beluk perkara tersebut seperti doktor perkara ini dibolehkan. Sebab ia menyangkut aspek kesihatan dan masa depan seseorang.
Kembali ke atas ↑


31. Memohon Kemaafan
Soalan:
Apakah dosa kita boleh dimaafkan sesuai dengan niat kita untuk memaafkan lebih dahulu tanpa harus berjabat tangan dengan orang tersebut?
Rosmiati, Ujung Pandang
Jawapan:
Jika kita memohon kemaafan kepada seseorang kemudian orang tersebut memaafkannya, maka selesailah urusan keamaafan itu meskipun kita tidak berjabat tangan dengannya asalkan hatinya dengan redha memaafkan kita. Begitu juga sebaliknya jika seseorang berbuat salah dengan kita kemudian kita berhajat memaafkannya, maka walaupun tidak berjabat tangan maka kesalahan orang tersebut terhadap kita telah terhapus, asalkan kita benar-benar dengan ikhlas memaafkannya. Wallahu A'lam.
Kembali ke atas ↑


32. Berpacaran Melalui Internet
Soalan:
Saya punya teman wanita yang memperkenalkan saya dengan seorang lelaki hanya melalui internet, mulanya saya sering ngobrol dan bertanya tentang agama, sesuai dengan masalah yang saya hadapi, rupanya mereka juga seorang ustazd disalah satu negara dimana mereka tinggal, dan rupanya orang tersebut juga ternyata masih bujang. Suatu hari teman saya itu bertanya juga mengenai Islam melalui e-mail dan didalam e-mail itu, teman saya itu iseng-iseng menawarkan jasa untuk memperkenalkan saya dengan orang tersebut, dan ternyata orang tersebut ingin sekali berkenalan. Hari-hari berlalu perkenalan saya lancar walaupun hanya melalui e-mail.
Dan tak lama kemudian orang (ustaz) tersebut mengutarakan niatnya untuk ingin berkenalan yang lebih dekat dengan saya atau istilahnya pacaran, walau tak pernah saya bertemu muka dengannya. Tawaran ini saya terima dengan senang hati dengan maksud karena orang tersebut adalah baik akhlaknya dan dapat membimbing saya kejalan yang benar kalau suatu saat Allah mempertemukan jodoh saya dengannya, karena memang itu impian saya untuk mendapat pendamping yang bertaqwa. suatu ketika sewaktu dia ngirim e-mail kesaya dimana dalam e-mailnya ada mengatakan kata sayang, salam rindu atau apa saja seperti layaknya orang yang berpacaran, dan saya pun membalas salam tersebut. Karena saya yakin orang tersebut sangat serius dalam hal ini, dia berniat untuk menemui saya dalam waktu yang dekat ini. Entahlah apa niat selanjutnya, wallahu a'lam.
Pertanyaan:
1. Bagaimana perlakuan saya dalam hal ini menurut ajaran Islam?
2. Apa kata sayang, dan yang semacamnya diperbolehkan sebagaimana apa yang saya masalahkan diatas?
3. Bagaimana saya meyakini keimanan seseorang sementara saya hanya berkenalan melalui internet saja?
Rosmiati, Ujung Pandang
Jawapan:
Rasa cinta dan kasih sayang merupakan fitrah yang tumbuh didalam sanubari manusia bersama lahirnya manusia itu ke dunia ini. Perasaan timbul jika ada rangsangan dari luar, akhirnya kecenderungan itu akan lahir dalam bentuk sikap, reaksi ataupun ungkapan kata-kata. Selalunya ungkapan kata-kata yang berlebihan tentang rasa kasih sayang ini antara lelaki dan wanita akan menimbulkan berahi dan dorongan syahwat yang akhirnya mengundang terjadinya perkara yang dilarang dalam Islam.
Ungkapan rasa cinta dan kasih sayang hanya sesuai dilafazkan bagi mereka yang telah bernikah, namun bagi mereka yang baru berkenalan bahkan hanya melalui internet, maka perkara ini merupakan perbuatan yang sia-sia dan merosakkan fitrah kasih sayang tadi. Jadi batas hubungan antara lelaki dan wanita yang belum menikah ini cukup sekedar ingin mengetahui latarbelakang seseorang yang diingininya tersebut. Apakah ia dari keturunan yang baik atau sebaliknya, apakah ia tergolong subur atau berpenyakit, kemudian apakah ia dari kalangan orang yang berada ataupun sebaliknya dan yang terakhir tentang agamanya, apakah ia tergolong orang yang taat kepada Allah ataupun orang yang lalai dengan hukum-hakam Allah. Perkara yang paling penting dalam memilih pasangan hidup adalah melihat sejauhmanakah calon suami atau isteri kita itu benar-benar menjalankan agamanya, sebab orang yang menjalankan agama dengan baik akan menjadi pasangan yang baik dan diredhai Allah.
Jadi mengucapkan kata-kata sayang dalam internet sama juga mengucapkan kata-kata itu ketika kita sedang berhadapan, jika ucapan itu dengan jelas untuk menggoda dan bahkan menumbuhkan dorongan untuk melakukan perkara yang tidak baik jika bertemu nanti maka perkara ini dilarang dalam agama. Sebaiknya jika benar-benar ikhlas ingin mencari pasangan hidup, boleh berjumpa dengan membawa muhrim dan melihat keadaan pasangan tersebut apakah memenuhi syarat dan kreteria yang  ditentukan agama seperti yang disebutkan diatas. Setelah itu lakukanlah solat istikharah agar pilihan kita itu benar dan diredhai Allah SWT. Wallahu A'lam.